| 
  • If you are citizen of an European Union member nation, you may not use this service unless you are at least 16 years old.

  • You already know Dokkio is an AI-powered assistant to organize & manage your digital files & messages. Very soon, Dokkio will support Outlook as well as One Drive. Check it out today!

View
 

Sejarah Lokal

Page history last edited by PBworks 17 years, 1 month ago

SEJARAH LOKAL

SUATU PERSPEKTIF DALAM PENGAJARAN SEJARAH

( I GDE WIDJA )

Bagian Pertama

 

Intisari

Oleh: Pandu Rinata

 

A.     PENDAHULUAN

Kalau diartikan Sejarah lokal itu semata-mata sebagai sejarah daerah tertentu, maka daerah semacam itu sudah lama berkembang di Indonesia. Bahkan sejarah yang kita miliki sekarang bermula dari tradisi sejarah Lokal seperti itu. Hal ini bisa kita hubungkan dengan berbagai sejarah daerah dengan nama-nama tradisional seperti babad, tambo, riwayat, hikayat, dsb, yang dengan cara-cara yang khas ( magis mistis ) menguraikan asal usul suatu daerah tertentu. ( Lihat Hok Ham 1981 : 3 ).

            Tradisi penulisan sejarah dengan tekanan pada daerah-daerah tertentu masih berlanjut sampai sekarang. Tradisi penulisan tersebut disebut dengan nama karya sejarah ”amatiran” oleh kalangan sejarahwan profesional dianggap kurang bermutu dilihat dari disiplin ilmu sejarah. Namun peranan para amaturis ini sangat besar sekali. Didunia baratpun peranan amaturis dalam penulisan sejarah Lokal ini sangatlah besar. Seperti dikatakan oleh P.D. Jordan : “ Berpuluh-puluh tahun karya-karya sejarah lokal dihasilkan oleh para amaturis, para antikuarian serta para sejarahwan hasil belajar sendiri yang dengan serampangan mencampuradukan antara fakta dan fiksi dan fabel dengan cerita bikinan-pen “. Dari pernyataan tersebut diibaratpun pihat amaturis ini pun dikritik namaun karya-karya mereka bukan tidak diperhatikan bahkan diusahakan untuk ditingkatkan. Ini berarti karya-karya para amaturis ini tidak perlu dipermasahlan dan dipandang merusak penulisan sejarah.

            Para amaturis telah memberikan sumbangsih kepada kita karena karya –karya mereka dibuat tidak monoton, mereka banyak mengangkat unsur kedaerahan bahkan sampai kepada unsur kedaerahan yang kuno. Di Amerika ada yang namanya” local historical society” sebuah kelompok pecinta sejarah lokal, mereka tersebar luas di berbagai daerah di Ameriak Serikat. Namun disini para sejarawan profesional perlu mengadakan bimbingan terhadap para amaturis ini seperti dikatakan oleh Klark “ suatu situasi intelektual yang tidak menguntungkan sekarang ini adalah diberikannya kesempatan bagi meluasnya suatu jurang pemisah antara apa yang disebut dengan kolompok sejarawan Profesional dan yang amatir. Ini mestinya tidak terjadi, meskipun mereka berbeda dalam latar belakang pendidikan ataupun minat kerja yang menyangkut masalah search serta interpetasinya”.

            Lebih lanjutnya mengapa hal seperti diatas tidak perlu terjadi karena pada dasarnya sejarah itu berawal dari sejarah lokal yang disini para amaturis sangatlah berperan.

 

 

 

1.1 Batasan pengertian serta Ruang Lingkup Sejarah Lokal

Sejarah lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Keterbatasan lingkup itu biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah ( unsur spatial ). Di indonesia sejarah lokal bisa disebut pula sebagai sejarah daerah. namun tidak jarang yang mengklaim bahwa sejarah lokal sama dengan sejarah daerah. Taufik Abdullah misalnya dia tidak setuju lokal disamakan dengan daerah. karena daerah indentik dengan politik. Dan bisa mengabaikai etnis kultural yang sebenarnya, lebih mencerminkan unit lokaliotas suatu perkembangan sejarah.banyak sekali persamaan sejarah Lokal itu. Jordan menggariskan ruang lingkupm sejarah Lokal yaitu keseluruhan Lingkungan sekitar yang bisa berupa kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan lain-lain. Pengertian lain yang diangkat sebagai definisi Sejarah lokal dalam buku ini yaitu studi tentang kehgidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar (neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan.

 

1.2 Arti Penting Kajian Sejarah Lokal.

Berbicara arti penting dari sejarah lokal pastilah kaitannya dengan sutu hibingan atau peran serta dari sejarah Lokal terhadap keberlangsungan Sejarah nasional. Antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah berhubungan. Dengan melakukan penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya pembendaharaan sejarah Nasional, tapi lebih penting lagi memperdalam pengetahuan kita tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara lebih intim. Dengan begini kita makin menyadari pula bhwa ada berbagai corak penghadapan manusia dengan lingkungannya dan dengan sejarahnya. Selanjutnya pengenalan yang memperdalam pula kesadaran sejarah Kita. Yaitu kita diberi kemungkinan untuk mendapatkan makana dari berbagai peristiwa sejarah yang dilalaui (Buku petunjuk Seminar Sejarah Lokal 1982 : 1-2).
Lapian mengemukakan beberapa arti penting dari sejarah Lokal ini diantaranya :
a). Pengembangan sejarah yang bersifat nasional seperti sekarang ini, sering kurang memberi makna bagi orang-orang tertentu terutama yang menyangkut sejarah daerahnya sendiri. Banyak sejarah nasionala tidak emnggali lebih mendalam tentang suatu kajiannya, biasanya bersifat umum saja. Olehkarenanya sejarah daerah kita sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita. Selain itu juga sejarah lokal juga bisa diguankan untuk mengoreksi generalisasi-generalisasi dari Sejarah nasional.
b). Sejarah lokal dibuat sengaja, dibuat untuk orang-orang dari zaman kemudian dari hidup pembuatnya.
            Sebagai sorotan berikutnya dari Sejarah lokal yaitu lingkung studi Sejarah sebagai kritik sejarah. Kritik sejarah ini biasa dibedakan menjadi dua yaitu Kritik ekstern dan kritik Intern. Mengenai kritik intern, secara teoritis langkah ini baru baru dilaksanakan sesudah kritik Ekstern selesai menentukan bahwa dokumen yang kita hadapai memang dokumen yang kita cari, yang bukan saja berarti relevan dengan topik yang sedang disusun, tapi lebih penting lagi bahwa sumber-sumber itu adalah sumber yang autentik. Dari sana kita bisa melihat bahwa dengan kritik sejarah jejak-jejak sejarah itu kemudian dapat diwujudkan sebagai fakta sejarah, yaitu sesudah jejak-jejak itu lolos dari pengujian kritis. Dengan demikin fakta Sejarah itu sebenarnya adalah keterangan atau kesimpulan yang kita peroleh dari jejak-jejak sejarah setelah disaring atau diuji kebenarannya melalui kritik sejarah.

 

B.     TIPE-TIPE SEJARAH LOKAL

 

1.       Sejarah Lokal Tradisional.

Yang dimaksud dengan Sejarah Lokal Tradisional adalah hasil penyusunan Sejarah dari berbagai kelompok etnik yang tersebar diseluruh Indonesia yang sudah bersifat tertulis. Tipe ini merupakan tipe sejarah lokal yang paling pertama muncul di Indonesia. Sifat lokalitasnya mudah dimengerti karena belum berkembangnya kesadaran akan kesatuan antar etnik, yang meliputi seluruh Indonesia seperti sesudah kabngkitan nasional pada permulaan abad ke-20.
Kelompok-kelompok etnik ini biasanya membuat lukisan tentang asal-usul peristiwa-peristiwa yang telah dialami oleh kelompoknya diwaktu yang lampau. Awalnya berupa Lisan yang diturunkan secara turun-temurun akan tetapi sesudah adanya tulisan diabadikan dalam bentuk tulisan, disamping masih ada yang masih dalam bentuk lisan. Diindonesia mengenai sejarah tradisional tersebut dikenal dengan : babad, hikayat, tambo, lontara, dsb.
Akhirnya penting disadari bahwa jenis sejarah Lokal ini, meskipun boleh dikatakan merupakan sejarah Lokal yang pertama–tama berkembang di Indonesia, namun pada kenyataanya masih tetap bertahan, bukan saja sebagai wwarisan masa lampau komunitas, tapi sering juga isinya masih dipercaya sebagai gambaran sejarah masa lalu jadi bersifat fungsional dalam kehidupan kelompok itu.

 

2.      Sejarah Lokal Diletantis.

Salah satu karakteristik yang menonjol dalam Sejarah Lokal Diletantis adalah tujuan penyususnannya pada umumnya terutama untuk memenuhi rasa estetis individual melalui lukisan peristiwa masa lampau. Jadi apabila Serah lokal tradisional lebih mementingkan kelompok disini lebih mementingkan Individu atau keinginan pribadi. Untuk mencapai tujuan kesenangan itu maka beberapa peminat sejarah, bukan saja ingin membaca gambaran sejarah yang sudah jadi tapi lebih dari itu tergugah untuk menulis sejarah dirinya sendiri. Biasanya mereka tertarik menulis sejarah Lingkungannya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber yang umumnya sudah dikenalnya dengan baik.
Siapakah yang biasanya mengembangkan diri sebagai sejarawan diletantis ini ? tentu saja jawabannya adalah mereka itu termasuk kalangan terdidik (tradisional maupun modern) dilingkunag masyarakatnya, yang karena itu mempunyai pandangan yang lebih luas dan bisa membaca sumber-sumber sejarah terutama yang berupa dokumen dan kemudian mampu melukiskan degan baik lukisan sejarah yang disusunnya. Biasanya yang dihasilkan adalah naratif kronologis dengan sedikit banyak bumbu emosional yang mencerminkan kecintaannya akan lingkungannya.

 

3.      Sejarah Lokal Edukatif Inspiratif

Yang dimaksud dengan Sejarah lokal edukatif Inspiratif adalah jenis sejarah lokal yang disusun dalam rangka mengembangkan kecintaan Sejarah terutam apda sejarah Lingkunagnnya, yang kemudian menjadi pangkal bagi timbulnya kesadaran sejarah dalam artian yang luas (kesadaran lingkungan dalam rangka kesadaran sejaran nasional).
            Menyusun sejarah Lokal seperti diatas memang tercermin dalam kata Edikatif dan Inspiratif, yang sering diangap merupakan salah satu aspek penting dalam mempelajari sejarah. Menyadari guna edukatif dari sejarah berarti menyadari makna dari sejarah sebagai gambaran peristiwa masa lampau yang penuh arti. Sedangkan kata inspiratif mengandung makna yang hampir sama dengan pengertian edukatifr seperti dijelaskan diatas hanya disini yang lebih ditekankan adalah “daya gugah” yang ditimbulkan oleh usaha mempelajari sejarah itu. Jadi kedua kata itu menunjukan semangat yang diharapkan bisa dikembangkan dalam sejarah.
            Jadi penulis sejarah lokal ini menyusun sejarah Lingkungannya untuk mencapai tujuan-tujuan seperti digambarkan diatas. Biasa Lembaga pendidikan atau badan pemerintah daerah yang menggunakan Tipe ini yang mengnggap tugas ini sebagai bagian dari upaya pembangunan, khususnya pembangunan mental masyarakat juga pembanguna fisik karena diyakini apabila mental berhasil yaitu adanya kebangaan serta harga diri kolektif akan memudahkan bagi pemerintah setempat untuk memotifasi masyarakat untuk berpartisifasi dalam pembangunan fisik.
            Biasanaya kegiatan ini dilakukan oleh para sejarawam non-profrsional seperti guru-guru, khususnya guru Sejarah. Tapi tidak jarang sejarawan profesional juga terlibat. Terutama yang mempunyai putera daerah.

 

4.      Sejarah Lokal Kolonial.

Sejarah lokal Kolonial merupakan kategori tersendiri dalam tipologi sejarah lokal, terutama karena memiliki beberapa karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang pertama dari Jenis sejarah Lokal ini adalah bahwa sebagian besar dari penyusunannya adalah pejabat-pejabat pemeerintah kolonial seperti Residen, asisten Residen, Kontrolir atau pejabat-pejabat pribumi tetapi atas dorngan dari pejabat Hindia Belanda.
Sebagian besar tulisan dari sejarah Lokal kolonial adalah tulisan-tulisan dari pejabat-pejabat kolonial di daerah-daerah. Laporanya bisa berupa memori serah jabatan, atau laporan khusus kepada pemerintah pusan Batavia tentang suatu perkembangan khusus di daerah kekuasaan pejabat yang bersangkutan. Mengenai tulisan-tulisan sejarah lokal Kolonial bisa dikemukakan beberapa sifatnya yang menarik. Pada umumnya kelihatan ada usaha untuk mengemukakan data yang cermat meskipun dengansendirinya dak unsur subjektivitas atas dasar adanya kepentingan kolonial yang mendasari berbagai macam tulisan itu.

 

5.      Sejarah Lokal Kritis Analitis

Salah satu karakteristik yang paling mudah dilihat dalam sejarah lokal Tipe ini adalah sifat uraian atau pembahasan masalahnya yang telah menggunakan pendekatan Metodologis sejarah yang bersifat ketat. Mulai dari pemilihan obyek studi, langkah-langkah atau proses kerja samapai kepada penulisan laporan.
Yang mudah dikenal juga ialah bahwa pelaksanaan penelitiannya umumnya ditangan oleh sejarawan Profesional. Profesionalisme ini bukan saja ditentukan oleh latar belakang pendidikan formal ke sejaranya. Tetapi juga keterampilan dilapangan yang dikempangkan terutama pemngalaman penelitian yang memadai. Hal kedua yang penting ditekankan adalah karena pendidikan formal kesejateraan saja belum cukup merupakan jaminan bagi pencapaian hasil yang diharapkan.
Ada empat corak penulisan dalam sejarah lokal kritis analitis yaitu :
-         studi yang difokuskan pada satu peristiwa tertentu (studi peristiwa khusus atau apa yang disebut”evenemental”.
-         Studi yang lebih menekankan pada struktur
-         Studi yang mengambil perkembangan aspek tertentu dalam kurun waktu tertentu (studi tematis dari masa ke masa).

-         Studi sejarah umum, yang menguraikan perkembangan daerah tertentu (profinsi, kota, kabupaten) dari masa ke masa.

 

C.     SEJARAH LOKAL DAN TRADISI LISAN
Disamping sumber-sumber tertulis yang memang banyak jumlahnya, hanya tidak langsung dapat digunakan, maka kebanyakan pula sumber-sumber yang ada masih bersifat tradisi lisan, yang labih-lebih memerlukan kemampuan khususn untuk emngambil fakta-fakta sejarahnya sebagai bahan penyusunan sejarah Lokal.

 

3.1. Tradisi Lisan dan Beberapa Aspeknya.

Pertama perlulah kiranya diketahui dahulu tentang apa yang dimaksud dengan tradisi lisan (oral tradition). Yaitu berkaitan dengan usaha mengabadikan pengalaman-pengalaman kelompok di masa lampau melalui ceritera yang diteruskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi. Tradisi lisan menyangkut pesan-pesan yang berupa pernyataan-pernyataan lisan yang diucapkan, dinyanyikan atau disampaikan lewat musik ( alat bunyi-bunyian). Kemudian yang perlu diperhatikan dari tradisi lisan ini selanjutnya adalah tradisi ini berasal dari generasi sebelumnya paling sedikit satugenerasi sebelumnya. Dalam hal ini tradisi lisan dibedakan dengan sejarah lisan. Ada bebrapa jenis tradisi lisan, yang pertama : Petuah-petuah yang sebenarnya merupakan rumusan kalimat yang dianggap punya arti khusus bagi kelompok. Yang kedua adalah : kisah tentang kejadia disekitar kehidupan kelompok, baik sebagai kisah perseorangan maupun kelompok. Sesuai dengan alam pemikiran alam masyarakat magis Religius, faktanya biasanya selalu diselimuti dengan unsur kepercayaan atau terjadi pencampuradukan antara fakta dan kepercayaan. Bentuk yang ketiga adalah: cerita kepahlawanan yang berisi tentang gambaran berbagaia macam tindakan kepahlawanan yang mengagumkan bagi kelompok pemilikya biasanya berpusat pada tokoh tertentu dari kelompok tersebut. Bentuk yang terakhir adalah: dongeng yang umumnya bersifat fiksi belaka. Unsur faktanya boleh dikatakan tidak ada berfungsi untuk menyenangkan bagi pendengarnya. TRADISI lisan juga sangat berkaitan erat dengan yang namanya Folklor. Ada beberapa ciri folklor yang dirumuskan oleh Danandjaja yaitu :
1.      penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan dengan tutur kata mulut ke mulut.
2.      mempunyai sifat tradisional dalam penyebarannya artinya relatif tetap atau dalam bentuk standar dalam beberapa generasi.
3.      terjadi banyak variasi atau versi-versi tertentu sebagai hasil proses interpolasi yang diakibatkan oleh cara penyebaran sevara tututr kata, meskipun variasi itu sering hanya bentu luarnya saja bukan apada inti ceritanya.
4.      bersifat anonim (nama pencipta tak jelas).
5.      digunakan sejumlah kata-kata klise baik untuk kata-kata pembukaan atau penutupnya…..
6.      punya fungsi yang penting dalam kehidupan kolektivitas yang memilikinya
7.      punya lo3.6gika yang sering disebut prologis yang memang berbeda dengan logika umum
8.      merupakan milik bersama suatu kolektivitas
9.      merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.

 

3.2. Peranan Tradisi Lisan Dalam Penulisan Sejarah.

Menghubumgkan tradisi lisan dengan sejarah, khususnya sejarah Lokal, berarti mencoba melihat peranannya sebagai sumber sejarah untuk mewujudkan fakta-fakta dalam rangka penyusunan sejarah Lokal tersebut. Adanya keterbatasan dalam tradisi lisan jika harus dijadikan sebagai sumber dalam penulisan sejarah. Keterbatasan itu karena tidak diperhatikannya urutan waktu, namun ini tidak heran karena mereka mempunyai konsep waktu yang berbeda dengan konsep waktu modern.
Keterbatasan lai dari tradisi lisan adalah adanya unsur subjektifitas yang lebih besar dibandingkan dengan sumber tertulis. Makin banyak generasi yang dilaluinya maka tradisi lisan (sumber lisan) itu akansemakin banyak atau besar unsur subjektivitasnya. Ada juga hal positif yang dapat kita ambil dari tradisi lisan ialah bahwa tradisi lisan sebenarnya memuat informasi yang lebih luas tentang kehidupan suatu komunitas dengan berbagai aspeknya. Hal lainy adalah tradisi lisan sifatnya sebagai informasi dari dalam. Jadi apabila kita ingin mengetahui suatu masyarakat atau komunitas dengan cara bagaiamana masyarakat atau komunitas itu sendiri memandang segala persoalan yang mereka hadapi.

 

 

Bersambung………

Comments (0)

You don't have permission to comment on this page.